Selasa, 12 Juli 2011

Biokop India

 Sekitar tahun 1998, masih banyak bertebaran bioskop di Solo. Selain presiden theater, Galaxy theater, dan star theater sepertinya dhady theater masih dikenang oleh sebagian besar masyarakat Solo. Pasalnya setiap saya mewawancarai warga Solo, kebanyakan dari mereka sering menceritakan bioskop dhady karena bioskop ini mempunyai keunikan dalam sejarah keberadaannya. Dhady theater yang berlokasi diseberang bioskop UP ini memiliki ciri khas dalam penyajian filmnya. 
Masyaraka kota Solo di era 1998 mengenal bioskop dhady theater dengan istilah bioskop india, film India dengan bintang-bintangnya yang terkenal; Hemamalini, Amita Bachan, Sashi Kapoor menduduki rating paling atas dalam merebut hati penonton. Tak heran jika penikmat film-film india berbondong-bondong mendatangi bioskop dhady. tak hanya filmnya saja yang memiliki kekhususan, segmentasi penontonnya juga berbeda dengan bioskop yang lain mulai dari warga keturunan etnis arab sampai pada tukang becak, tukang andong maupun pejalan kaki yang sekedar iseng ingin menontonnya. 
Lambat laun film India sudah tidak banyak yang meminatinya. Seiring dengan masuknya film produksi hollywood[1] sehingga film india mulai terseingkirkan. Tak hanya itu saja film india ternyata membutuhkan durasi yang panjang. oleh sebab itu untuk terus bernafas bioskop ini terpaksa harus mengganti dengan "film-film panas". Namun sayangnya lambat laun bioskop ini mulai jauh dari penonton, karena sistem monopoli yang berlaku antara para pengusaha film. Mau tidak mau bioskop kelas rakyat ini harus menggulung layarnya.bioskop. Dan penontonpu mulai berpindah ke bioskop fajar theater dengan film yang lebih bagus daripada di bioskop tersebut. sehingga yang terlihat sekarang bangunan dari bioskop ini beralih fungsi menjadi restaurant.



[1] Dalam industry film Hollywood, ada tujuh perusahaan produksi film raksasa yang berkuasa dijalur industri film di dunia Internasional. Ketujuh perusahaan tersebut adalah: Paramount,Walt Disney,Warner Brothers,Universal,20th Century Fox,MGM dan Sony/Columbia Picture. Perusahaan-perusahaan ini kuat disemua lini mulai dari produksi,distribusi,dan konsumsi sehingga mampu memilih dan mengeksploitasi pasar semaksimal mungkin. Film-film dari ketujuh raksasa inilah yang akhirnya mampu menembus pasar dunia termasuk Indonesia selaku film impor.